-->

Artikel Terbaru

Contoh Banner

Liku liku rumah tangga

Liku liku rumah tangga
Liku liku rumah tangga


Kadangkala ada ekspektasi-ekspektasi indah yang dibangun saat belum menikah, ambyar setelah resmi jadi pasangan sah. Yang gak siap dengan kondisi ini, ya gagap dah. Yang belasan tahun pacaran pun gak ada jaminan ketemu chemistry setelah jadi suami istri. Jangankan awam yang gak dibentengi ilmu agama, sahabat di jaman Rasulullah saja yang notabene sebaik-baik ummat ada loh yang gak cocok dengan pasangannya dan akhirnya berpisah. Ini manusiawi. Jadi rasanya bohong kalo ada yang ngomong sudah sehati dengan pasangannya. Yang ada adalah satu di antara suami atau istri mengalah, memaklumi atau memahami sebisanya, walau dalam prakteknya pemilik akun ini juga kadang terbersit kehendak melambaikan tangan ke kamera.
Jika suami muram, pahami akar masalahnya. Jika istri ngomel, maklumi siklus periodiknya.
Kadang ada rasa jengah pada suami dalam memenuhi tanggung jawab nafkah sebagaimana jenuhnya istri mengurus anak dan rumah.
Suami yang letih, mungkin butuh layanan ekstra. Istri yang lelah mungkin minta diajak ke Alfa. Ya Alloh bang..
Cemburu. Ini biasanya masalah utama di tahun-tahun pertama. Suami dan istri memang harus cemburu, tapi tentu saja dengan porsi yang wajar. Cemburu kekinian adalah istri harus cemburu jika suami melonggarkan jarak dengan teman wanita meski sebatas dunia maya, begitu pula suami yang harus cemburu jika foto selfie istri dinikmati semua pria meski sebatas dunia maya juga.
Jangankan pada manusia, ada riwayat Sayyidina Ali pernah menujukkan rasa geram pada sebatang siwak yang dianggapnya lancang memasuki rongga mulut Sayyidina Fatimah. Entah ini sekadar majas untuk menunjukkan kecintaan atau gimana, wallahu'alam. Tapi ini tentu saja ada ibrah yang bisa diambil. Bahwa hanya suami dayyuts yang gak ada rasa cemburunya. Apa itu dayyuts? cari tau dah ah.. jangan manja.
Petengkaran biasanya terjadi kalo sudah gak ada yang mau ngalah. Di saat-saat seperti inilah dibutuhkan kematangan bersikap. Jika pasangan sibuk ngoceh, jangan dibalas ngoceh. Coba diamkan dulu beberapa menit. Setelah itu angkat lalu tiriskan. Eeh, bukan.. Maksudnya endapkan. Ya, proses pengendapan ini bisa sejam, dua jam, atau bahkan semalaman. Rentang waktu pengendapan itu biasanya emosi berangsur-angsur surut. Trust me, it works. Karena syaithon menyusup pada jiwa-jiwa yang ditutupi amarah. Bagi suami cukup siapkan saja autan, karena dalam proses pengendapan itu biasanya kau harus tidur di sofa.
Nah, jika keadaan sudah memungkinkan, mintalah kesempatan untuk sekadar menjelaskan. Istri pun sebaiknya buka hati untuk mau mendengarkan. Jangan saling memotong pembicaraan. Pahamilah bahwa kalian sedang ada di dalam rumah tangga, bukan di mata najwa.
Bagaimana dengan bohong? Berbohong dalam kondisi tertentu dibolehkan dalam rumah tangga, jika itu untuk membuat keadaan lebih baik. Salah satunya adalah ketika memuji masakan istri. Alhamdulillah, kalo saya sih beruntung dapat istri jago masak. Tapi gimana dengan istri-istri yang cuma bisa masak tumis bawang? Puji aja dulu, kerongkongan mah urusan belakangan. Setelah dipuji, lanjutkanlah dengan mengendap-endap ke warteg, sebab hidup gak layak dibuat saklek.
Intinya, jangan nikah mau enaknya saja. Minimalisir pertengkaran dengan saling memahami peran. Jangan menuntut berlebihan jika kau sendiri gak bisa memenuhi apa yang pasanganmu butuhkan. Istri diciptakan dari tulang rusuk, gak pantas dijadikan tulang punggung, saya pribadi sering menjadikan ini sebagai motivasi dan cambukan. Suami diberi amanah untuk memimpin, bukan jadi bawahan.
Arrijalu qawwamuna alannisa, itu dalilnya. Jangan jadi kaum "nganu" yang ingin mengubah kodrat menjadi arrijalu qawwamuna alarrijal. if you know what i mean.
Naudzubillah minzalik..
Sumber Tulisan dari akun facebook bang arham rashid kendari
Advertisement